Me Goeroeh92

Minggu, 16 September 2012

“Mimpi Terindah Sebelum Ku Pergi”



Tiara :
Seorang remaja berparas ayu duduk bersandar menatap sebuah pohon yang mulai menguning dan beranjak kering kemudian segera gugur dan mati.
Seperti hidupku, sekalipun aku sedang sakit, aku masih ingat dengan perkataanku yang sering aku ucapkan dalam hati yang berkali – kali aku katakan “Kelak aku akan lebih dulu pergi dari kalian” alias “Mati Muda” kataku dalam hati. Aku mencoba untuk tegar menjalani sebuah kehidupan ini. Meski sakit yang aku alami saat ini tidak dapat aku tahan lagi, penyakit yang selalu saja menghantui aku akan sebuah kematian.
Aku tidak ingin orang yang berada disekitarku mengetahui tentang penyakit yang aku alami sekarang. Sempat terucap kata – kata yang sering aku ucapkan dalam hatiku kepada salah satu teman lelakiku, yang bertinggal tidak jauh dari tempat kostk ku, Dafa, teman 1 kampusku.
Dia selalu saja mengunci mulutku, memutus kata – kataku yang menurutnya tidak pantas untuk aku katakan. Dafa, juga pernah menampar pipi kiriku ketika lagi – lagi aku mengulang kalimatku tentang kematian itu.
Aku berfikir mungkin dia sudah tidak bisa sabar menghadapiku atau dia terlalu takut jika kematianku itu benar – benar terjadi padaku secepat ini. Aku juga tidak tahu apa yang ada dihatinya sekarang.
“Daun itu akan gugur dan kemudian akan mati, seperti diriku yang tak lama lagi akan pergi meninggalkanmu Fa” kataku kepada Dafa teman 1 kampusku.
“Kamu bicara apa sih tiara, maksud kamu bicara sperti itu apa Ra?” kata Dafa.
Aku terdiam sejenak dan kemudian aku tertawa, meski aku tidak tahu apa yang harus aku katakan jika Dafa bertanya kenapa aku tertawa.
Aku coba untuk tersenyum dan tertawa karna aku tidak ingin Dafa berfikir tentang aku yang bukan – bukan.
Saat itu aku berada disampingnya duduk berdua dihalaman kampus kami dibawah pohon yang rindang. Aku berusaha mencari topik pembicaraan yang lain agar dia tidak terlalu curiga dengan perkataaku tadi.
“Kita kekantin aja yuk !” kataku dengan singkat.
“Ya sudah ayo, aku juga lagi lapar Ra”. Kata dafa yang duduk berhadapan. Dafa yang menatapku penuh dengan keseriusan yang buat aku bingung. Aku hanya berdoa semoga dia tidak curiga kepadaku.
“Dafa, kenapa kau menatapku seperti itu? Ada yang aneh dari penampilanku hari ini !” kataku yang akan memulai pembicaraan.
“Tidak Ra, tidak ada yang aneh dari kamu!
“Terus kenapa kau menatapku seperti itu?”
“Eeeeemmmm... aku bangga aja punya teman seperti kamu. Uda pintar, cantik, rajin, baik, tidak sombong lagi”.
“Ah... lebay kamu Fa”.
“Beneran lagi Ra, ya udah yuk makan laper.... !!”
Kami mulai makan yang sebelumnya sudah kami bercanda tawa disebuah waktu berlalu dengan cepat, setelah kami bercanda tawa disebuah kantin tempatku berkuliah waktu yang memutus pembicaraan kami.
Kami pun bersama ke kosan kami tinggal.
Keesokan harinya, aku tidak dapat masuk kuliah karena penyakit yang aku alami kambuh kembali. Aku beristirahat dikamarku, aku tidak sanggup menahan rasa sakit ini. Penyakit yang selalu menggrogoti otak ku.  Dokter sudah mengatakan hidupku hanya bergantung kepada obat – obatan juga selang infus yang terus menempel ditanganku. Aku menderita “Kanker Otak” yang sudah bertahun aku rasakan, dan sudah mencapai stadium akhir.
Aku masih belum berani untuk mengatakannya kepada Ayahku juga keluargaku yang lain. Apalagi kepada Dafa temanku yang paling dekat denganku. Aku dapat menyembunyikannya penyakit ini karena aku jauh dari keluargaku, aku pergi ke kota untuk menlanjutkan sekolahku ke perguruan tinggi. Sedangkan Ayahku hanya dikampung tempatku dilahirkan. Aki tidak bernai mengatakan kepada mereka, aku tidak ingin merepotkan dengan keadaanku yang seperti ini. Aku tidak ingin mereka merasak kesedihanku. Cukup hanya aku yang mengetahuinya.
Sebuah handphone yang aku letakkan disamping bantalku, berbunyi aku melihat ternyata Dafa yang menelfonku. Aku membiarkan handphoneku tetap berbunyi hingga berpuluh – puluh kali Dafa menelfonku. Nafasku terpatah – patah, aku merasa sangat lelah. Seperti seorang perempuan renta yang sedang menunggu masa tutup usia. Aku hanya berbaring dan berbaring ditempat tidurku. Berjalan hanya dalam khayal yang sesungguhnya kedua kakiku tidak dapat melangkah kemanapun. Rosa takut selalu menghantuiku akan sebuah kematian tapi ini perjalanan hidup yang harus aku lalui.
Aku sudah pasrah jika nafasku hanya terhenti sampai disini, meski aku harus meninggalkan orang – orang yang menemaniku menjalani sebuah kehidupan. Saat itu aku tidak berani memejamkan mataku, aku takut tidak dapat bangun kembali melihat isi dunia ini. Mataku masih menampung sekian banyak butiran – butiran bening yang belum mendapat giliran untuk tumpah.
Aku mencoba mengambil obat – obatku yang terletak disebuah menja kecil yang berjarak tidak jauh dariku. Aku berusaha minum obat itu dan berusaha untuk lari dari penyakit ini. Sehari telah aku lewati meski aku hanya dapat berbaring disebelah tempat tidur yang sudah rapuh. Malam telah datang kembali menyelimuti hatuiku. Aku masih juga belum bisa memejamkan mataku, tidak ada suara apapun yang aku dengar malam itu seekor jangkrik pun tidak mengeluarkan suaranya. Hingga malam itu terasa sangat sunyi dan sepi, hanya suara jam yang menghantarkan waktu perjalanan dibumi ini. Jam menunjukkan pukul 02.00 Wib. Sekian lama akhirnya mataku terpejam dengan sendirinya.
Untunglah esok harinya aku masih dapat melihat dunia ini.
Dafa datang ke kost ku dengan sepeda motornya yang berwarna biru, mencoba menjemputku untuk berangkat ke kampus. Aku belum bisa ke kampus hari ini, nafasku masih terpatah – patah, kepala yang ingin pecahnya rasanya. Dafa mengetuk pintu kost ku ketika aku ingin membukakan pintu, ibu kost ku datang menemui Dafa.
“Nak Dafa sepertinya nak Tiara tidak ada sejak semalam, pintu kamarnya tidak terbuka sedikitpun mungkin dia pulang ke kampung halamannya ada keperluan lain” kata ibu kost itu.
“Apa Tiara tidak ada pamit dengan ibu?”
“Tidak nak dafa, tiara tidak ada pamit kepada ibu mungkin dia buru – buru nak?”
“Tidak biasanya tiara seperti ini (menggumam) oh ya sudah bu terima kasih atas informasinya, saya permisi dulu”
“Ia nak”.
Aku tidak jadi membukakan pintu dan menemui dafa, aku kembali berbaring ditempat tidur. Beberapa jam aku berbaring aku mencoba untuk keluar kamar. Baru beberapa langkah aku berjalan aku terjatuh dan tidak sadarkan diri. Ibu kost ku lah yang membawaku kerumah sakit dan dari situlah semua kebohonganku yang aku sembunyikan selama ini pada semua orang terbongkar sudah. Mereka sudah mengetahuinya, aku mencoba memanggil dafa yang duduk disofa menemaniku dirumah sakit. Tapi suaraku tersumbat ditengggorokanku yang kering, aku ingin minum air lewat mulutku tetapi hanya selang infuslah yang terus menerus menembus tangan kananku selama ini. Akhirnya, Dafa menoleh ke arahku dan mendekatiku.
“Kita akan bertemu lagi ditempat yang kita sebut kehidupan. Hanya saja situasi yang sangat berbeda, kita masih seusia, tetapi kita tidak bisa dikatakan sebagai seorang dewasa, bicara kita masih tidak tertata rapi, kesana kemari khas bahasa anak – anak zaman sekarang. Semua sangat berbeda dengan apa yang pernah kita berdua tertiupkan ke alam ini. Perjalanan hidupku yang terhenti disini” kataku dengan nafas yang terpatah – patah.
Aku terlanjur tertidur, dan aku bermimpi.
Ibuku berdiri dalam nuansa yang lembut, namun berkesan asing bagiku. Aku mencoba memanggilnya tetapi suaraku tersumbat di tenggorokkan. Ibuku berdiri didalam kesunyian tanpa ada orangpun yang menemani ibuku.
Ibuku berdiri ditempat yang sunyi seolah tidak melihat kehadiranku disini, barang kali debur rindu didadaku yang membuncah yang cukup keras untuk menjadi tanda keinginanku untuk bertemu dengannya?
Aku merindukan pelukkan seorang ibu!
Akhirnya, Tiara seorang gadis yang mencoba untuk tegar tertidur untuk selama – lamanya dalam pelukkan Dafa, teman yang paling dekat dengan Tiara.
“Kini kau telah meninggalkanku sendiri, dengan kebohonganmu yang buat aku kecewa tiara, aku ingin mengatakan padamu bahwa aku selama ini mencintaimu.” Kata dafa yang selalu meneteskan air dari wajahnya.
“Selamat Jalan My Princes!” L



*PERGI UNTUK SELAMA – LAMANYA*

SELESAI
____ooOOoo____



Tidak ada komentar: